Rabu, 13 Maret 2013



Pelatihan Kepimpinan Part I (Minggu, 10 Maret 2012) at Kampoeng Stakoetoe
(read Kampung Stakutu :D) 



Semangat pagi ! “
“Pagi..”
“Apa kabar?”
“Luar biasa..”
“Psikologi USU?”
“Bisa..”

       Sapaan itu menjadi sapaan yang baru bagi kami anak Psikologi USU khususnya angkatan 2012 yang hari minggu kemarin mengikuti pelatihan kepemipinan tahap I.  Sapaan itu diberikan oleh abang serta kakak fasilitator yang ada di Kampoeng Stakoetoe. Dan kami pun membalas sapaan kami dengan jawaban “Pagi”, “Luar biasa”, dan “Bisa”. Yeah, sapaan ini bener-bener dapat memotivasi kami yang saat itu akan menghadapi pelatihan kepemimpinan berupa outbound.

       Sebelum memulai outbound, kami melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan yang dilakukan adalah melakukan apa yang diinstruksikan oleh Bang Toba, salah satu fasilitator di Kampung Stakoetoe. Bang Toba menginstruksikan kepada kami untuk melakukan hal seperti berikut, “Ketika saya bilang gajah, adik-adik harus katakan besar sekali sambil mengangkat kelingking kalian ke atas, tetapi ketika saya bilang semut, kalian harus katakan kecil sekali sambil mengangkat kedua tangan dan membuatnya seperti besar.”  Ketika semua sudah mengerti, kami mempraktekkannya. Kami juga diminta untuk mengikuti tarian ala fasilitator dengan diiringi musik. Musiknya unik, jadi semangat buat gerak haha J. Lalu ada juga, instruksi untuk mengayunkan badan ke kiri atau ke kanan teman, dengan menumpukan kedua tangan ke atas bahu kiri dan kanan teman.

       Well, pemanasan selesai ^^, it’s time to outbound yang sebenarnya. Sebelum masuk pada outbound yang sebenarnya, fasilitator menjelaskan bahwa kami akan mengikuti outbound dalam 3 area, yaitu area air, rumput, serta flying fox. Untuk mengefisiensikan waktu, tiap 3 kelompok dibedakan zonanya. Seperti misalnya dari kelompok 7-9 mendapatkan giliran pertama di area flying fox.  Sementara itu kelompok 1-3 area rumput, dan kelompok 4-6 di area air.

       Nah, setelah pembagian area  masing-masing kelompok menuju area yang telah ditentukan. Kebetulan saya termasuk di kelompok 9, jadi saya dan kelompok yang lain mendapat area flying fox pertama kali. Sebelum memulai permainan ini, fasilitator menjelaskan apa-apa saja alat yang digunakan untuk permainan flying fox ini. Hal ini perlu diketahui agar para pengguna merasa nyaman dan tidak perlu takut akan terjadi bahaya yang kalau-kalau akan terjadi. Setelah dijelaskan, Pak Ilham, juga menanyakan terlebih dahulu siapa yang takut untuk melakukan permainan ini. Ada beberapa teman yang mengangkat tangan, tidak termasuk saya lho.. Dari alasan teman-teman, ada yang mengatakan karena takut sama ketinggian, ada juga yang mengatakan karena belum pernah mencoba sebelumnya. Saya pribadi merasa tertarik untuk mencoba permainan ini karena saya belum pernah mencoba ini sebelumnya dan hanya pernah melihat ini di TV. Malah saya takutnya, saya tidak bisa mengikuti permainan ini, karena saya pernah dengar bahwa untuk mengikuti flying fox harus memiliki berat badan yang ideal. Padahal saya kan termasuk berat badan yang tidak ideal :’(. Tapi untung saja, disini tidak diberlakukan seperti itu. Tiap orang dapat mengikuti permainan ini tanpa terkecuali. ‘ Horee, akhirnya bisa juga main ini’  ucap saya dalam hati. Well, giliran saya tiba. Saya menaiki anak tangga satu demi satu, tapi yang kurasakan itu adalah deg-degan, dan ketika aku meluncur aku merasakan aku diputar-putar di alam, dan akhirnya sampai di perhentian. “Huah..” ujar saya seolah merasa lega setelah menyelesaikan permasalahan. Tapi memang iya, saya  lega sekali melewati permainan ini. Setelah semua selesai memainkan permainan ini, Pak Ilham menjelaskan makna dari permainan flying fox ini, yaitu kita sering kali takut dalam menghadapi sebuah tantangan atau permasalahan,  tanpa mau mencoba untuk menghadapinya. Tapi mulai sekarang, belajarlah untuk mengalahkan rasa ketakutanmu dan kamu akan menjadi pemenang nantinya !


        Lanjut ke area berikutnya... Setelah selesai di area flying fox, kelompok 7-9 diarahkan ke area air.  Karena akan basah-basahan, tiap individu disuruh untuk membuka sepatu. Dalam area air ini, banyak sekali permainan yang dilakukan. Mulai dari jembatan goyang, transfer air, tiang air, ada juga yang namanya dragon ball, dan ada juga tuh yang saya lupa apa nama permainannya, tapi instruksi yang diberikan yaitu salah satu anggota mengambil salah satu yang ditunjuk oleh fasilitator dengan menutup mata menggunakan alat penutup yang sudah diberikan. Nah, di permainan ini dibutuhkan seorang leader yang akan memberikan instruksi kepada anggota. Saya pun ikut menjadi anggota yang mencoba untuk mengambil bola tersebut dengan  mendengarkan instruksi dari leader kami. Tapi saya memiliki kesulitan untuk meraihnya, karena jarak untuk mengambil bola itu cukup jauh sehingga anggota lain harus memegang tangan kiri saya agar tidak jatuh. Yah memang saya terakhirnya mendapatkannya tapi bola yang lainnya jatuh, jadi kami harus mengulang permainan kembali. Namun, salah satu teman saya yang mencoba untuk mengambil bola, sangat mudah untuk mengambilnya. Lalu saya sempat mendengar kata-kata salah satu anggota kelompok yang berkata ,” Dia percaya sama orang lain, makanya dia mudah dapatkan bola itu.” Saya langsung menarik kata-kata tersebut ke diri saya. ‘Iya yah, aku memang tidak mudah percaya dengan orang,  aku takut ketika mereka melepas genggaman tangan mereka, aku akan terjatuh’. Kita harus mampu untuk memimpin, tetapi juga harus mau untuk dipimpin oleh orang lain.

Sebelum melangkah ke game selanjutnya, kami makan siang dulu.. Udah lapar soalnya.


     Oke, perut udah kenyang, istirahat udah cukup. Yuk mari lanjut ke area selanjutnya ^^ . Lebih cepat bergerak lebih cepat untuk selesai semuanya dan bisa cepat pulang pastinya hahaha.
Area terakhir bagi kelompok 7-9, area rumput-rumput gitu..Permainan yang ada di area ini adalah transfer sarung, lingkaran kecil dan besar, cross the sea, transfer bola, dan ada juga melipat terpal yang telah diinjak oleh tiap anggota kelompok dengan cara sekecil-kecilnya tanpa kelompok harus keluar dari terpal tersebut. Dari game terakhir ini, kelompok dituntut untuk dapat mengerti apa yang diinstruksikan oleh fasilitator, dan solving the problem as soon as possible. Kekompakan dalam hal ini sangat diperlukan, dan terutama bagaimana seorang leader dalam memimpin agar memimpin anggotanya. Kalau leadernya sudah salah dalam memberikan informasi atau arahan kepada anggotanya, pastinya anggotanya akan salah juga dalam melaksanakan apa yang diperintahkan. Karena tidak mungkin leadernya salah, anggotanya akan melaksanakan yang benar. Sangat tidak mungkin.





       Akhirnya, semua area sudah dijalani oleh setiap kelompok. Kami dikumpulkan kembali. Bang Toba dan juga Pak Ilham menjelaskan setiap makna yang ada dalam permainan di tiap-tiap area. Makna yang paling utama tentunya bicara tentang LEADERSHIP yang menjadi tujuan diselenggarakannya acara ini. Di akhir acara, juga ditampilkan siapa-siapa yang sudah muncul bakat kepemimpinannya dari tiap-tiap kelompok. Ibu Dina juga menyampaikan kata-kata agar kegiatan ini berguna bagi kami untuk ke depannya. Mungkin tidak langsung memimpin orang banyak, tapi paling tidak bisa memimpin diri sendiri. Ini pengalaman yang tidak semua orang rasakan, karena itu kami harus memanfaatkan dan mensyukurinya ^^

~Esther Azalia

Jumat, 08 Maret 2013

Psychosocial Development in Infancy


 Psychosocial Development in Infancy/ Perkembangan psikosial pada anak 3 tahun pertama  

HUBUNGAN DENGAN ANAK LAIN

Selain orang tua yang memberikan pengaruh besar untuk mengerahkan kehidupan anak, hubungan dengan anak lain baik di rumah dan diluar rumah juga sangat penting bagi pertumbuhan.

A.                Saudara Kandung
Hubungan saudara kandung memiliki peran khusus dalam sosialisasi. Interaksi yang dilakukan oleh anak kepada saudara kandungnya akan menjadi pelajaran dan keterampilan bagi anak tersebut untuk berinteraksi atau bersosialisasi diluar rumah. Dalam hubungan saudara kandung terdapat persaingan dan afeksi. Hubungan yang baik antara anak dan orang tua akan berdampak kepada hubungan antara saudara kandung. Saat bayi mulai aktif, mereka akan mulai terlibat konflik dengan saudara kandungnya. Konflik saudara akan meningkat ketika saudara yang paling muda mencapai usia 18 bulan. Setelah beberapa bulan kemudian, saudara yang paling muda akan mulai berpartisipasi dalam interaksi keluarga. Mereka akan sadar terhadap niat dan perasaan anggota keluarga lainnya. Anak juga mulai mengenali perilaku yang dianggap “baik” atau “nakal”. Konflik yang terjadi cenderung membangun, yang akan membantu anak untuk mencapai setiap kebutuhan, permintaan, pandangan serta membantu mereka untuk belajar, berkompromi dalam konteks yang benar saat adanya selisih paham di antara mereka.

B.           Sosiabilitas dengan saudara non kandung

Anak akan menunjukkan rasa tertarik dengan orang lain di luar rumah khususnya anak yang berukuran tubuh sama dengan mereka. Mereka berinteraksi dengan anak lain dengan cara melihat, tersenyum, menyentuh dan berceloteh.
Pada usia sekitar 1 tahun, ketika agenda utama mereka adalah belajar berjalan dan memanipulasi objek, para bayi tidak terlalu menghiraukan orang lain. Namun, hal itu tidak berlangsung lama ketika usia 1,5 -3 tahun, anak-anak menunjukkan rasa ingin tahu yang meningkat terhadap apa yang dilakukan anak lain dan peningkatan pemahaman mengenai cara menghadapi mereka.
Batita belajar dengan cara saling meniru dan bermain. Hal ini membantu batita berhubungan dengan anak-anak lain dan berjalan untuk permainan yang lebih kompleks semasa tahun-tahun pra sekolah.  Komunikasi verbal membantu teman sebaya mengkoordinasikan aktivitas bersama.  Seperti pada saudara kandung, konflik dengan saudara non kandung juga memiliki tujuan yang baik untuk perkembangan batita, yaitu membantu anak belajar cara negoisasi dan memecahkan masalah. Sosiabilitas pada anak batita dipengaruhi oleh pengalaman. Pengalaman anak pada usia tiga tahun pertama merupakan pondasi bagi perkembangan di masa yang akan datang.
Bayi yang menghabiskan waktu bersama bayi lain, seperti di tempat penitipan anak, menjadi memiliki sikap tempramen, dan siap untuk menerima orang lain dan mampu untuk beradaptasi dibandingkan dengan bayi yang jarang bersosialisasi di rumah.


ANAK DARI ORANGTUA YANG BEKERJA

A.                Pengaruh Dari Orangtua Yang Bekerja

Data analisis NLSY (Nasional Longitudinal Survey of Youth)  menemukan sedikit tidaknya efek dari orangtua yang bekerja, seperti perilaku, menghargai  diri sendiri, perkembangan kognitif atau prestasi akademik. Dimana ditemukan juga adanya keuntungan bagi anak yang keluarganya tidak mampu sehingga orangtuanya  bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan. melakukan survey terhadap 12.600 wanita.
NICHD (National Institute of Child and Human Development) menemukan dampak negatif perkembangan kognitif pada usia 15 bulan sampai dengan 3 tahun ketika ibu mereka bekerja 30 atau lebih dari 30 jam/minggu  pada saat bayi yang berusia 9 bulan.

B.                 Pengasuhan Dini Pada Anak

Pada usia 9 bulan sekitar 50% bayi di Amerika Serikat bukan dirawat orangtua, dan 86% dari bayi-bayi mulai dirawat di penitipan anak sejak usia 6 bulan. Menurut teori bioekologis Brofenbrenner memberikan perspektif luas bagaimana pengaruh penitipan anak yang terlalu dini dapat mempengaruhi perkembangan anak. Dimana teori bioekologi menjelaskan cakupan berbagai proses yang saling berinteraksi yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Setiap organisame biologis berkembang dalam kontesk sistem ekologi yang mendukung atau mengekang perkembangannya. Menurut Brofenbenner, perkembangan muncul dari berbagai proses rutin yang semakin rumit, aktif, interaksi dua arah, antara orang yang berkembang dan lingkungan sehari-hari. Keluarga maupun pengaturan penitipan anak merupakan mikrosistem yang secara langsung memengaruhi anak tersebut. Pengaruh-pengaruh itu saling berhubungan dalam mesosistem.
*Mikrosistem dan Mesosistem yang disebutkan diatas merupakan dua dari tiga sistem kontekstual yang saling terkait .
            Mikrosistem adalah istilah dari Brofenbrenner untuk suatu lingkungan dimana anak berinteraksi sehari-hari, dan bertatap  muka dengan orang lain. Sedangkan Mesosistem merupakan kaitan antara dua atau lebih mikrosistem. Mesosistem biasanya mencakup kaitan antara rumah dan sekolah seperti pertemuan orangtua dan guru.

C.                Berbagai  Faktor Dampak Penitipan Anak

       Dampak penitipan anak secara dini dapat bergantung  pada jenis, jumlah, kualitas dan stabilitas pengasuhan serta penghasilan keluarga dan usia saat anak mulai mendapat pengasuhan nonmaternal.
        Jenis penitipan (day care) yang diterima oleh anak-anak kecil sangatlah beragam. Banyak day care yang ada menempatkan sekelompok besar anak-anak dalam rumah dengan fasilitas yang memadai. Beberapa beroperasi secara komersial, sedangkan yang lain merupakan pusat nirlaba yang dikelola oleh kelompok-kelompok masyarakat atau para pengusaha. Pengasuhan anak seringkali di selenggarakan dirumah-rumah pribadi, ada yang dikelola oleh professional pengasuhan anak dan ada pula yang dikelola oleh para ibu yang ingin memperoleh penghasilan tambahan.
        Kualitas pengasuhan penitipan anak berkontribusi terhadap kompetensi kognitif dan psikososial. Kualitas pengasuhan  tempat penitipan anak dapat diukur melalui karakteristik struktural, seperti pelatihan bagi para staff dan rasio anak-pengasuh. Sebagian pengasuh ada yang tidak memperoleh latihan sebelumnya, sementara sebagian lainnya mendapatkan pelatihan yang ekstensif .
        Peneliti bayi, Jay Belsky (1989) tidak hanya yakin bahwa kualitas day care yang diperoleh oleh anak-anak pada umumnya buruk, tetapi ia juga yakin bahwa hal ini dapat menghasilkan perkembangan yang negatif bagi anak-anak. Day care yang ekstensif pada tahun pertama kehidupan diasosiasikan dengan hasil negatif dalam jangka panjang. Berbeda dengan balita yang memulai day care purna waktu setelah mereka agak besar, balita yang memulai day care sejak dini dengan lebih dari 30 jam/minggunya, ternyata didapati di kemudian hari oleh orangtua dan guru sebagai anak-anak yang kurang patuh dan memiiliki relasi yang buruk dengan sebaya meraka.
       Elemen terpenting kualitas pengasuhan tempat penitipan anak adalah pengasuh; Merangsang interaksi dengan orangtua yang responsif penting bagi perkembangan kognitif , linguistik, dan psikososial pada masa dini. Pergantian staff yang rendah juga penting; bayi membutuhkan pengasuhan yang konsisten unuk mengembangkan rasa  percaya dan kelekatan yang aman. Stabilitas pengasuhan memfasilitasi koordinasi antara orangtua dan pemberi layanan penitipan anak yang dapat membantu melinduni dari pengaruh negative berkepanjangan tempat penitipan anak.

D.                Dampak Bagi Anak Dalam Keluarga Kurang Mampu Dan Minoritas

            Anak-anak yang berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah atau kondisi keluarga yang berada dalam tekanan, terutama memperoleh keuntungan dari layanan penitipan yang memberikan rangsangan kognitif dan dukungan emosional, yang jarang didapatkan anak di rumah. Dalam penelitian kepada 451 keluarga yang miskin di California dan Florida yang beribu tunggal dan berhenti mendapatkan tunjangan negara serta mulai bekerja anak lebih menunjukkan pertumbuhan kogntif dibandingkan di rumah.
            Penelitian NICHD menemukan bahwa semakin sering anak tidak diasuh oleh ibunya semakin besar resiko msalah tingkahlaku yand dimiliki anak tersebut (NICHD early child care research,2003). Tetapi menurut penelitian laindari Boston, Chicago, Sun antonio yang di pilih secara acak menunjukkan bahwa penitipan anak yang ekstensif tidak membahayakan perkembangan anak miskin,kecuali penitipan tersebut berkualitas rendah 


PENGANIAYAAN: KEKERASAN  DAN  PENELANTARAN

Penganiayaan adalah tindakan berbahaya  yang sengaja atau seharusnya dapat dihindari terhadap  anak, baik melalui kekerasan, menyakiti atau menelantarkan, tindakan  yang bila tidak dilakukan malah menyakiti. Penganiayaan biasanya terjadi dalam beberapa bentuk khusus, dan bentuk yang manapun akan diikuti oleh orang lain. Permusuhan antara orang tua dan anak dalam beberapa keluarga meningkat hingga pada titik dimana salah seorang atau ke dua orang tua menganiaya anak.
Kekerasan fisik atau physical abuse merupakan tindakan yang sengaja di lakukan untuk membahayakan orang lain secara potensial  mencakup luka tubuh akibat tinjuan, pukulan, atau terbakar. Penelantaran atau neglect adalah kegagalan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak seperti makan,pakaian dan perawatan medis perlindungan dan pengawasan. Kekerasan sexual atau sexual abuse adalah aktivitas seksual atau sentuhan sexual yang menyakiti secara fisik maupun psikologis, atau aktivitas seksual apapun yang melibatkan seorang anak dan seorang dewasa. Penganiayaan emosional (emotional maltreatment)  merujuk pada tindakan kekerasan atau penelantaran yang dapat menyebabkan  gangguan tingkah laku kognitif, emosional atau mental, penganiayaan emosional mencakup penolakan, peneroran, isolasi, eksploitasi, penurunan harga diri, pengolokan  atau kegagalan memberikan dukungan emosional,cinta dan afeksi atau kasih sayang.


FAKTOR PENGKONTRIBUSI: PANDANGAN EKOLOGIS

A.                Karakteristik orangtua dan keluarga dengan kekerasan dan penelantaran

 Lebih dari 8 dari 10 kekerasan fisik dan penelantaran dilakukan oleh orang tua anak biasanya sang ibu. Penganiayaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak merupakan gejala gangguan ekstrim dalam proses membesarkan anak, biasanya diperburuk oleh masalah-masalah keluarga yang lain, seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan, alkoholisme, depresi atau tingkah laku anti sosial.
Anak yang mengalami kekerasan dan penelantaran kebanyakan berasal dari keluarga besar, miskin atau berorang tua tunggal. Kemungkinan seorang anak secara fisik disiksa kecil hubungannya dengan karateristik anak itu sendiri, dan banyak berhubungan dengan karateristik lingkungan keluarga. Kekerasan umumnya terjadi ketika orang tua yang sudah cemas, depresi, atau bersikap bermusuhan mencoba mengendaalikan seorang anak secara fisik namun kehilangan kendali diri dan akhirnya mengguncang dan memukul anak. Masalah perkawinan dan berkelahi secara fisik cenderung menjadi penyebab orang tua melakukan kekerasan kepada anak. Orang tua yang menelantarkan anak membangun jarak dengan anak mereka sendiri. Orang tua mungkin sering mengkritik dan tidak komunikatif terhadap anaknya.

B.     Karakteristik Komunitas Dan Nilai – Nilai Budaya

            Penganiayaan terhadap anak berpeluang lebih besar terjadi di lingkungan dengan pendapatan rendah. Pada komunitas penuh kekerasan, tindakan kriminal tidak terkendali. Namun ada beberapa lingkungan yang miskin yang jarang mengalami kekerasan. Komunitas ini menggambarkan lingkungan dengan dukungan jaringan sosial yang kuat dan kepemimpinan politik yang kuat. Dalam komunitas seperti ini kemungkinan penganiayaan lebih kecil terjadi.
Dua faktor budaya yang berhubungan dengan kekerasan anak adalah kekerasan sosial dan hukuman fisik bagi anak. Menurut sebuah sampling yang representatif, 9 dari 10 orangtua yang memiliki anak usia prasekolah dan sekitar setengah dari orangtua anak usia sekolah mengaku menerapkan hukuman fisik di rumah.
                                                                                               
MEMBANTU KELUARGA MENGATASI MASALAH ATAU RISIKO

Penganiayaan merupakan masalah yang disebabkan oleh berbagai faktor, dibutuhkan solusi dari banyak sudut pandang. Untuk dapat efektif, strategi pencegahan (preventif) dan intervensi oleh komunitas harus komprehensif, berbasis pada lingkungan tetangga, dan bila mungkin diarahkan untuk memperkuat keluarga serta memindahkan anak bila perlu. Layanan bagi anak yang mengalami kekerasan dari orang tua mereka mencakup rumah penampungan, edukasi keterampilan orang tua, dan terapi.  Parent Anonymous dan berbagai organisasi lain menawarkan dukungan pokok secara gratis dan dirahasiakan. Anak dapat memperoleh terapi bermain atau seni dan menggunakan layanan penitipan anak dalam lingkungan.


PENGARUH JANGKA PANJANG PENGANIAYAAN

Masyarakat membutuhkan program penyembuhan yang lebih efektif untuk membantu anak yang mengalami penganiayaan. Konsekuensi penganiayaan dapat bersifat fisik, emosional, kognitif, dan sosial dan jenis-jenis konsekuensi ini saling berkaitan. Contohnya, benturan keras di kepala anak dapat menyebabkan kerusakan otak yang menyebabkan keterlambatan kognitif serta masalah emosional dan sosial. Konsekuensi jangka panjang penganiayaan mencakup kesehatan fisik, mental, dan emosional yang buruk, perkembangan otak, kesulitan kognitif, bahasa, dan akademik ; masalah dalam kelekatan dan hubungan sosial.




DAFTAR PUSTAKA

Papalia and Olds. 2004. Human Development. New York : McGraw-Hill Book Co.
Papalia and Olds. 2009. Human Development (Perkembangan Manusia). Jakarta : Salemba Humanika
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga
Santrock, John W. 2009. Life-Span Development. New York :McGraw-Hill Book Co.