HUBUNGAN
DENGAN ANAK LAIN
Selain orang tua yang memberikan
pengaruh besar untuk mengerahkan kehidupan anak, hubungan dengan anak lain baik
di rumah dan diluar rumah juga sangat penting bagi pertumbuhan.
A.
Saudara
Kandung
Hubungan
saudara kandung memiliki peran khusus dalam sosialisasi. Interaksi yang
dilakukan oleh anak kepada saudara kandungnya akan menjadi pelajaran dan
keterampilan bagi anak tersebut untuk berinteraksi atau bersosialisasi diluar
rumah. Dalam hubungan saudara kandung terdapat persaingan dan afeksi. Hubungan
yang baik antara anak dan orang tua akan berdampak kepada hubungan antara
saudara kandung. Saat bayi mulai aktif, mereka akan mulai terlibat konflik
dengan saudara kandungnya. Konflik saudara akan meningkat ketika saudara yang
paling muda mencapai usia 18 bulan. Setelah beberapa bulan kemudian, saudara
yang paling muda akan mulai berpartisipasi dalam interaksi keluarga. Mereka
akan sadar terhadap niat dan perasaan anggota keluarga lainnya. Anak juga mulai
mengenali perilaku yang dianggap “baik” atau “nakal”. Konflik yang terjadi
cenderung membangun, yang akan membantu anak untuk mencapai setiap kebutuhan,
permintaan, pandangan serta membantu mereka untuk belajar, berkompromi dalam
konteks yang benar saat adanya selisih paham di antara mereka.
B.
Sosiabilitas
dengan saudara non kandung
Anak
akan menunjukkan rasa tertarik dengan orang lain di luar rumah khususnya anak
yang berukuran tubuh sama dengan mereka. Mereka berinteraksi dengan anak lain
dengan cara melihat, tersenyum, menyentuh dan berceloteh.
Pada
usia sekitar 1 tahun, ketika agenda utama mereka adalah belajar berjalan dan
memanipulasi objek, para bayi tidak terlalu menghiraukan orang lain. Namun, hal
itu tidak berlangsung lama ketika usia 1,5 -3 tahun, anak-anak menunjukkan rasa
ingin tahu yang meningkat terhadap apa yang dilakukan anak lain dan peningkatan
pemahaman mengenai cara menghadapi mereka.
Batita
belajar dengan cara saling meniru dan bermain. Hal ini membantu batita
berhubungan dengan anak-anak lain dan berjalan untuk permainan yang lebih
kompleks semasa tahun-tahun pra sekolah.
Komunikasi verbal membantu teman sebaya mengkoordinasikan aktivitas
bersama. Seperti pada saudara kandung,
konflik dengan saudara non kandung juga memiliki tujuan yang baik untuk
perkembangan batita, yaitu membantu anak belajar cara negoisasi dan memecahkan
masalah. Sosiabilitas pada anak batita
dipengaruhi oleh pengalaman. Pengalaman anak pada usia tiga tahun pertama
merupakan pondasi bagi perkembangan di masa yang akan datang.
Bayi
yang menghabiskan waktu bersama bayi lain, seperti di tempat penitipan anak,
menjadi memiliki sikap tempramen, dan siap untuk menerima orang lain dan mampu
untuk beradaptasi dibandingkan dengan bayi yang jarang bersosialisasi di rumah.
ANAK
DARI ORANGTUA YANG BEKERJA
A.
Pengaruh
Dari Orangtua Yang Bekerja
Data analisis NLSY (Nasional
Longitudinal Survey of Youth) menemukan
sedikit tidaknya efek dari orangtua yang bekerja, seperti perilaku, menghargai diri sendiri, perkembangan kognitif atau
prestasi akademik. Dimana ditemukan juga adanya keuntungan bagi anak yang
keluarganya tidak mampu sehingga orangtuanya
bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan. melakukan survey terhadap 12.600
wanita.
NICHD (National
Institute of Child and Human Development) menemukan dampak negatif perkembangan
kognitif pada usia 15 bulan sampai dengan 3 tahun ketika ibu mereka bekerja 30
atau lebih dari 30 jam/minggu pada saat bayi
yang berusia 9 bulan.
B.
Pengasuhan
Dini Pada Anak
Pada
usia 9 bulan sekitar 50% bayi di Amerika Serikat bukan dirawat orangtua, dan
86% dari bayi-bayi mulai dirawat di penitipan anak sejak usia 6 bulan. Menurut
teori bioekologis Brofenbrenner memberikan perspektif luas bagaimana pengaruh
penitipan anak yang terlalu dini dapat mempengaruhi perkembangan anak. Dimana
teori bioekologi menjelaskan cakupan berbagai proses yang saling berinteraksi
yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Setiap organisame biologis berkembang
dalam kontesk sistem ekologi yang mendukung atau mengekang perkembangannya. Menurut
Brofenbenner, perkembangan muncul dari berbagai proses rutin yang semakin
rumit, aktif, interaksi dua arah, antara orang yang berkembang dan lingkungan
sehari-hari. Keluarga maupun pengaturan penitipan anak merupakan mikrosistem
yang secara langsung memengaruhi anak tersebut. Pengaruh-pengaruh itu saling
berhubungan dalam mesosistem.
*Mikrosistem dan
Mesosistem yang disebutkan diatas merupakan dua dari tiga sistem kontekstual
yang saling terkait .
Mikrosistem
adalah istilah dari Brofenbrenner untuk suatu lingkungan dimana anak
berinteraksi sehari-hari, dan bertatap
muka dengan orang lain. Sedangkan Mesosistem
merupakan kaitan antara dua atau lebih mikrosistem. Mesosistem biasanya mencakup
kaitan antara rumah dan sekolah seperti pertemuan orangtua dan guru.
C.
Berbagai Faktor Dampak Penitipan Anak
Dampak
penitipan anak secara dini dapat bergantung
pada jenis, jumlah, kualitas dan stabilitas pengasuhan serta penghasilan
keluarga dan usia saat anak mulai mendapat pengasuhan nonmaternal.
Jenis penitipan (day care) yang diterima oleh anak-anak kecil sangatlah beragam. Banyak
day care yang ada menempatkan
sekelompok besar anak-anak dalam rumah dengan fasilitas yang memadai. Beberapa
beroperasi secara komersial, sedangkan yang lain merupakan pusat nirlaba yang
dikelola oleh kelompok-kelompok masyarakat atau para pengusaha. Pengasuhan anak
seringkali di selenggarakan dirumah-rumah pribadi, ada yang dikelola oleh
professional pengasuhan anak dan ada pula yang dikelola oleh para ibu yang
ingin memperoleh penghasilan tambahan.
Kualitas pengasuhan penitipan anak
berkontribusi terhadap kompetensi kognitif dan psikososial. Kualitas
pengasuhan tempat penitipan anak dapat
diukur melalui karakteristik struktural, seperti pelatihan bagi para staff dan
rasio anak-pengasuh. Sebagian pengasuh ada yang tidak memperoleh latihan
sebelumnya, sementara sebagian lainnya mendapatkan pelatihan yang ekstensif .
Peneliti bayi, Jay Belsky (1989) tidak
hanya yakin bahwa kualitas day care
yang diperoleh oleh anak-anak pada umumnya buruk, tetapi ia juga yakin bahwa
hal ini dapat menghasilkan perkembangan yang negatif bagi anak-anak. Day care yang ekstensif pada tahun
pertama kehidupan diasosiasikan dengan hasil negatif dalam jangka panjang. Berbeda
dengan balita yang memulai day care
purna waktu setelah mereka agak besar, balita yang memulai day care sejak dini dengan lebih dari 30 jam/minggunya, ternyata didapati
di kemudian hari oleh orangtua dan guru sebagai anak-anak yang kurang patuh dan
memiiliki relasi yang buruk dengan sebaya meraka.
Elemen terpenting kualitas pengasuhan
tempat penitipan anak adalah pengasuh; Merangsang interaksi dengan orangtua
yang responsif penting bagi perkembangan kognitif , linguistik, dan psikososial
pada masa dini. Pergantian staff yang rendah juga penting; bayi membutuhkan
pengasuhan yang konsisten unuk mengembangkan rasa percaya dan kelekatan yang aman. Stabilitas
pengasuhan memfasilitasi koordinasi antara orangtua dan pemberi layanan
penitipan anak yang dapat membantu melinduni dari pengaruh negative
berkepanjangan tempat penitipan anak.
D.
Dampak
Bagi Anak Dalam Keluarga Kurang Mampu Dan Minoritas
Anak-anak yang berasal dari keluarga
yang berpenghasilan rendah atau kondisi keluarga yang berada dalam tekanan, terutama
memperoleh keuntungan dari layanan penitipan yang memberikan rangsangan
kognitif dan dukungan emosional, yang jarang didapatkan anak di rumah. Dalam
penelitian kepada 451 keluarga yang miskin di California dan Florida yang
beribu tunggal dan berhenti mendapatkan tunjangan negara serta mulai bekerja
anak lebih menunjukkan pertumbuhan kogntif dibandingkan di rumah.
Penelitian NICHD menemukan bahwa
semakin sering anak tidak diasuh oleh ibunya semakin besar resiko msalah
tingkahlaku yand dimiliki anak tersebut (NICHD early child care research,2003).
Tetapi menurut penelitian laindari Boston, Chicago, Sun antonio yang di pilih
secara acak menunjukkan bahwa penitipan anak yang ekstensif tidak membahayakan
perkembangan anak miskin,kecuali penitipan tersebut berkualitas rendah
PENGANIAYAAN:
KEKERASAN DAN PENELANTARAN
Penganiayaan
adalah tindakan berbahaya yang sengaja
atau seharusnya dapat dihindari terhadap
anak, baik melalui kekerasan, menyakiti atau menelantarkan, tindakan yang bila tidak dilakukan malah menyakiti. Penganiayaan
biasanya
terjadi dalam beberapa bentuk khusus, dan bentuk yang manapun akan diikuti oleh
orang lain. Permusuhan antara orang tua dan anak dalam beberapa keluarga
meningkat hingga pada titik dimana salah seorang atau ke dua orang tua
menganiaya anak.
Kekerasan fisik atau physical abuse merupakan tindakan yang sengaja di lakukan
untuk membahayakan orang
lain secara potensial mencakup luka tubuh akibat tinjuan, pukulan, atau
terbakar. Penelantaran atau neglect adalah kegagalan untuk
memenuhi kebutuhan dasar anak seperti makan,pakaian dan perawatan medis
perlindungan dan pengawasan. Kekerasan
sexual atau sexual abuse adalah
aktivitas seksual atau sentuhan sexual yang menyakiti secara fisik maupun
psikologis, atau aktivitas seksual apapun yang melibatkan seorang anak dan
seorang dewasa. Penganiayaan emosional (emotional
maltreatment) merujuk pada tindakan
kekerasan atau penelantaran yang dapat menyebabkan gangguan tingkah laku kognitif, emosional atau
mental, penganiayaan emosional mencakup penolakan, peneroran, isolasi, eksploitasi, penurunan harga diri, pengolokan atau kegagalan memberikan dukungan
emosional,cinta dan afeksi atau kasih sayang.
FAKTOR
PENGKONTRIBUSI: PANDANGAN
EKOLOGIS
A.
Karakteristik orangtua dan keluarga dengan kekerasan dan penelantaran
Lebih dari 8 dari 10 kekerasan fisik dan penelantaran dilakukan oleh orang tua anak biasanya
sang ibu. Penganiayaan yang dilakukan oleh
orang tua terhadap anak merupakan gejala gangguan ekstrim dalam proses membesarkan anak, biasanya diperburuk oleh masalah-masalah keluarga yang lain, seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan, alkoholisme, depresi atau tingkah laku anti sosial.
Anak yang mengalami kekerasan dan penelantaran kebanyakan berasal dari
keluarga besar, miskin atau berorang tua tunggal. Kemungkinan seorang anak
secara fisik disiksa kecil hubungannya dengan karateristik anak itu sendiri,
dan banyak berhubungan dengan karateristik lingkungan keluarga. Kekerasan
umumnya terjadi ketika orang tua yang sudah cemas, depresi, atau bersikap
bermusuhan mencoba mengendaalikan seorang anak secara fisik namun kehilangan
kendali diri dan akhirnya mengguncang dan memukul anak. Masalah perkawinan dan
berkelahi secara fisik cenderung menjadi penyebab orang tua melakukan kekerasan
kepada anak. Orang tua yang menelantarkan anak membangun jarak dengan anak
mereka sendiri. Orang tua mungkin sering mengkritik dan tidak komunikatif
terhadap anaknya.
B. Karakteristik
Komunitas Dan Nilai – Nilai Budaya
Penganiayaan
terhadap anak berpeluang lebih besar terjadi di lingkungan dengan pendapatan
rendah. Pada komunitas penuh kekerasan, tindakan kriminal tidak terkendali. Namun
ada beberapa lingkungan yang miskin yang jarang mengalami kekerasan. Komunitas
ini menggambarkan lingkungan dengan dukungan jaringan sosial yang kuat dan
kepemimpinan politik yang kuat. Dalam komunitas seperti ini kemungkinan
penganiayaan lebih kecil terjadi.
Dua faktor budaya yang
berhubungan dengan kekerasan anak adalah kekerasan sosial dan hukuman fisik
bagi anak. Menurut sebuah sampling yang representatif, 9 dari 10 orangtua yang
memiliki anak usia prasekolah dan sekitar setengah dari orangtua anak usia
sekolah mengaku menerapkan hukuman fisik di rumah.
MEMBANTU KELUARGA MENGATASI
MASALAH ATAU RISIKO
Penganiayaan
merupakan masalah yang disebabkan oleh berbagai faktor, dibutuhkan solusi dari
banyak sudut pandang. Untuk dapat efektif, strategi pencegahan (preventif) dan
intervensi oleh komunitas harus komprehensif, berbasis pada lingkungan
tetangga, dan bila mungkin diarahkan untuk memperkuat keluarga serta
memindahkan anak bila perlu. Layanan bagi anak yang mengalami kekerasan dari
orang tua mereka mencakup rumah penampungan, edukasi keterampilan orang tua,
dan terapi. Parent Anonymous dan
berbagai organisasi lain menawarkan dukungan pokok secara gratis dan
dirahasiakan. Anak dapat memperoleh terapi bermain atau seni dan menggunakan
layanan penitipan anak dalam lingkungan.
PENGARUH JANGKA PANJANG PENGANIAYAAN
Masyarakat
membutuhkan program penyembuhan yang lebih efektif untuk membantu anak yang
mengalami penganiayaan. Konsekuensi penganiayaan dapat bersifat fisik,
emosional, kognitif, dan sosial dan jenis-jenis konsekuensi ini saling
berkaitan. Contohnya, benturan keras di kepala anak dapat menyebabkan kerusakan
otak yang menyebabkan keterlambatan kognitif serta masalah emosional dan
sosial. Konsekuensi jangka panjang penganiayaan mencakup kesehatan fisik,
mental, dan emosional yang buruk, perkembangan otak, kesulitan kognitif,
bahasa, dan akademik ; masalah dalam kelekatan dan hubungan sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
Papalia and Olds. 2004. Human Development. New York :
McGraw-Hill Book Co.
Papalia and Olds. 2009. Human Development (Perkembangan Manusia).
Jakarta : Salemba Humanika
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:
Erlangga
Santrock, John W. 2009. Life-Span Development. New York
:McGraw-Hill Book Co.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar