Rabu, 15 Mei 2013

Karakteristik SLB


Karakteristik SLB

 
Oleh
Kelompok 7
1.      Esther A. Gultom      (12-051)
2.      Felix  Theosophy       (12-065)
3.      Iin Triana                  (12-075)
4.      Elisabeth Sianturi     (12-107)
5.      Daniel Novriman       (12-109)
 
 
 
 
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
    Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetratunarungutunagrahitatunadaksatunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilakuanak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak brkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. 
   Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan sekolah yang di rancang khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan.Sebagian berdasarkan urutan sejarah berdirinya SLB pertama untuk masing-masing kategori kecacatan SLB itu di kelompokkan menjadi :
1.      SLB bagian A untuk anak tuna netra
2.      SLB bagian B untuk anak tuna rungu
3.      SLB bagian C untuk anak tuna Grahita
4.      SLB bagian D untuk anak tuna daksa
5.      SLB bagian E untuk anak tuna laras
6.      dan SLB bagian F untuk anak cacat ganda
   Konsep pendidikan terpadu di perkenalkan di Indonesia pada tahun 1978 yang bertujuan khusus untuk anak tuna netra. Dalam satu unit SLB biasanya terdapat berbagai jenjang pendidikan mulai dari  SD,SMP, Hingga lanjutan.
 
I.  SLB A
Karakteristik tunanetra
Anak Tunanetrea memiliki karakteristik yang berbeda dalam pada segi fisik yaitu organ penglihatannya. Gejalanya antara lain:
  1. Mata juling
  2. Sering berkedip
  3. Menyipitkan mata
  4. Kelopak mata merah
  5. Mata infeksi
  6. Gerakan mata tak beraturan dan cepat
  7. Mata selalu berair
Karakteristik SLB-A
Berikut adalah fasilitas yang umumnya tersedia di dalam SLB A guna menunjang proses belajar mengajar, yaitu:1. Ruang Belajar/ Ruang Kelas.
Sebagai tempat  belajar siswa, ruang kelas, mempunyai fasilitas – fasilitas yang tentunya akan menunjang PBM dikelas.
2. Ruang Perpustakaan dan Ruang UKS.
Ruang Perpustakaan dilengkapi dengan almari perpustakaan dan buku – buku perpustakaan  yang ditulis dengan menggunakan huruf yang mengkhusus yang  disebut dengan Braille, rak buku dan ruang baca menjadi satu ruangan sehingga nampak rapi dan menarik. Ruang UKS  dilengkapi dengan almari obat dan tempat tidur.
3. Ruang Guru.
Ruang Guru dilengkapi  dengan almari meja dan kursi guru, dsb.
4. Ruang Kepala Sekolah.
Ruang Kepala Sekolah dilengkapi dengan Ruang Tamu, yang dilengkapi dengan almari file, meja, kursi, dan komputer.
5.Ruang Braille / Percetakan Braille.
Ruang Braille adalah tempat untuk mengubah buku-buku yang masih menggunakan huruf biasa menjadi huruf Braille, dimana dalam ruangan ini disediakan beberapa komputer Braillo dan printer Braille.
6.Ruang Komputer.
Ruang komputer disini biasanya khusus digunakan oleh guru-guru yang akan membuat soal pada saat test Semester, ataupun digunakan oleh guru-guru untuk membuat ringkasan materi pelajaran, yang kemudian dapat di edit diruangan Braillo untuk diubah tulisannya.
7.Ruang Ketrampilan.
Ruang ketrampilan dipergunakan oleh siswa untuk belajar dan membuat berbagai jenis-jenis ketrampilan yang dibimbing oleh guru-guru dan juga dipergunakan sebagai tempat penyimpanan hasil-hasil keterampilan yang telah dihasilkan oleh siswa-siswa.
8. Ruang Khusus.
Ruang ataupun kelas khusus adalah untuk menampung siswa yang pindah dari sekolah awas atau sekolah anak normal namun karena mengalami penurunan ketajaman indera penglihatan atau bahkan kehilangan penglihatan kemudian masuk di SLB A. Di kelas ini siswa belajar baca tulis huruf Braille. Setelah mereka mampu dan siap untuk ditempatkan di kelas yang sesui dengan kelas yang ditinggalkan maka siswa tersebut ditempatkan pada kelas tersebut.
9.Ruang Kesenian.
Ruang Kesenian biasanya dipergunakan oleh siswa untuk belajar memainkan alat musik tradisional dan alat musik modern yang dipergunakan oleh siswa untuk berlatih.
10. Ruang Kepegawaian.
Dipergunakan oleh pegawai untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan administrasi dan tata usaha sekolah.
11. Ruang Massage.
Ruang Massage dipergunakan oleh siswa untuk melatih kemampuan teknik memijat, yang mungkin pada masa yang akan datang dapat dipergunakan untuk mencari nafkah hidup (ini merupakan pelajaran yang bersifat Skill life).
12. Aula.
Aula biasanya dipergunakan untuk melakuakan kegiatan-kegiatan yang bersifat formal ataupun informal, seperti pertemuan-pertemuan dinas, kegiatan acara amal, dan pembukaan pelatihan-pelatihan.
13. Asrama Putra.
Asrama putra merupakan tempat bagi anak-anak beristirahat setelah jam pelajaran selesai,sekaligus tempat tidur dan melakukan kegiatan diluar kegiatan kependidikan.
14. Asrama Putri.
Asrama putri merupakan tempat bagi anak-anak beristirahat setelah jam pelajaran selesai,sekaligus tempat tidur dan melakukan kegiatan diluar kegiatan kependidikan
Pada umumnya di SLB A terdapat ekstra kurikuler seperti:
Kesenian Nasional, Falun Dafa, Olahraga, Kidung, dan Keterampilan, dll.
Didalam memilih kegiatan ekstra kurikuler, para siswa dibebaskan untuk memilihnya, asalkan siswa tersebut mampu mengatur waktu, sehingga kegiatan intra maupun ekstra kurikuler menjadi seimbang.
Pembina dari masing-masing ekstra kurikuler adalah orang-orang yang memang mempunyai kemampuan dibidangnya, serta telah ditunjuk oleh Kepala sekolah.
 
  
II.  SLB B
Karakteristik Tunarungu
Tunarungu Adalah Individu Yang Memiliki Hambatan Dalam Pendengaran Baik Permanen Maupun Tidak Permanen. Klasifikasi Tunarungu Berdasarkan Tingkat Gangguan Pendengaran Adalah
1.    Gangguan Pendengaran Sangat Ringan (27-40db),
2.    Gangguan Pendengaran Ringan (41-55db),
3.  Gangguan Pendengaran Sedang (56-70db),
4.    Gangguan Pendengaran Berat (71-90db),
5.   Gangguan Pendengaran Ekstrem/Tuli (Di Atas 91db).
Karena Memiliki Hambatan Dalam Pendengaran Individu Tunarungu Memiliki Hambatan Dalam Berbicara Sehingga Mereka Biasa Disebut Tunawicara. Cara Berkomunikasi Dengan Individu Menggunakan Bahasa Isyarat, Untuk Abjad Jari Telah Dipatenkan Secara Internasional Sedangkan Untuk Isyarat Bahasa Berbeda-Beda Di Setiap Negara. Saat Ini Dibeberapa Sekolah Sedang Dikembangkan Komunikasi Total Yaitu Cara Berkomunikasi Dengan Melibatkan Bahasa Verbal, Bahasa Isyarat Dan Bahasa Tubuh. Individu Tunarungu Cenderung Kesulitan Dalam Memahami Konsep Dari Sesuatu Yang Abstrak.
Karakteristik SLB Untuk Tuna Rungu (SLB B)
       Berdasarkan Peraturan  Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun  2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan  Sekolah  Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Sekolah Yang Diperuntukkan Kepada Anak Tunga Rungu (SLB-B) Harus Memiliki Ruang Bina Wicara Dan Persepsi Bunyi Dan Irama (BKPBI).
      Ruang Bina Wicara Berfungsi Sebagai Tempat Latihan Wicara Perseorangan.  Sekolah Yang Melayani Peserta Didik SDLB Dan/Atau SMPLB Tunarungu Memiliki Minimum Satu Buah Ruang Bina Wicara Dengan Luas Minimum 4 M2. Ruang Bina Wicara Dilengkapi Dengan Sarana Seperti Kursi Meja Peserta Didik, Kursi Guru, Meja Guru. Peralatan Pendidikan Yang Sebaiknya Dipenuhi Adalah
  • Speech Trainer Berfungsi Sebagai Alat Amplifikasi Bunyi Untuk Umpan Balik Pendengaran. Dilengkapi Dengan Lampu Indikator Dan Vibrator, Headphone Anak (Suara Dan Vibrator), Serta Mikrofon Guru Dan Peserta Didik
  • Tape Recorder Atau Alat Perekam Lain Yang Setara Untuk Merekam Hasil Latihan Bicara Peserta Didik.
  • Cermin.Ukuran Minimum Dapat Digunakan 2 Orang Bersebelahan, Dipasang Di Dinding Sebagai Umpan Balik Visual Dan Membaca Ujaran.
  • Nasalisator : Alat Bantu Pembentuk Fonem-Fonem Nasal/ Sengau
  • Sikat Getar : Alat Bantu Pembentukan Fonem-Fonem Getar.
  • Alat Latihan Pernafasan : Dapat Berupa Bola Pingpong Dengan Media Pipa PVC Dibelah, Kapas, Bulu-Bulu, Lilin, Kertas Tipis, Pembuluh, Parfum/Aroma.
  • Alat Latihan Organ Bicara : Terdiri Dari Berbagai Makanan Lunak, Cair Dan Keras Sebagai Perangsang Lidah, Seperti Madu, Permen, Sirup. Spatel Digunakan Untuk Memperbaiki Posisi Lidah Saat Pengucapan Fonem Tertentu. Dapat Diganti Dengan Sendok Es Krim Untuk Penggunaan Sekali Pakai
  • Gambar Organ Artikulasi Digunakan Untuk Membantu Menyadari Posisi Organ Artikulasi Sesuai Dengan Fonem Yang Akan Dibentuk.
  • Bagan Konsonan Dan Vokal Digunakan Untuk Membantu Menyadarkan Dan Membentuk Fonem Sesuai Dengan Posisi Alat Ucap.
  • Kartu Identifikasi : Kartu Kata Berjumlah Minimal 15 Kartu Per Fonem Untuk Mengidentifikasi Fonem Sesuai Dengan Posisi Awal, Tengah Dan/Atau Akhir.
  • Buku Program Latihan 1 Buah/Peserta Didik Merekam Perkembangan Latihan Peserta Didik.
           Ruang Bina Persepsi Bunyi Dan Irama Berfungsi Sebagai Tempat Mengembangkan Kemampuan Memanfaatkan Sisa Pendengaran Dan/Atau Perasaan Vibrasi Untuk Menghayati Bunyi Dan Rangsang Getar Di Sekitarnya, Serta Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Khususnya Bahasa Irama. Sekolah Yang Melayani Peserta Didik SDLB Dan/Atau SMPLB Tunarungu Memiliki Minimum Satu Buah Ruang Bina Persepsi Bunyi Dan Irama Yang Dapat Menampung Satu Rombongan Belajar Dengan Luas Minimum 30 m2
III. SLB C
Karakteristik tunagrahita
Dalam kehidupan sehari-hari, kita membedakan kecerdasan anak, menjadi sangat cerdas, cerdas biasa (normal), bodoh dan bodoh sekali.  Para ahli dibidang Psychology membedakan kecerdasan, menjadi : anak genius, sangat cerdas, biasa, terbelakang mental. Anak trebelakang mental, masih dapat dibedakan lagi menjadi :
1.  Anak terbelakang mental ringan atau biasa disebut juga debil.
2. Anak terbelakang mental sedang atau biasa diebut juga imbisil.
3. Anak terbelakang mental berat atau biasa disebut juga idiot.
4. Anak yang tergolong normal, cerdas atau sangat cerdas, tempat pendidikannya di Sekolah Umum, sedangkan anak terbelakang mental, tempat pendidikannya di SLB/C
Karakteristik SLB untuk anak tunagrahita  
       Anak tunagrahita yang masuk SLB.C adalah anak yang mempunyai intelegensi 50 - 70. Anak-anak ini dalam dunia pendidikan sering disebut anak mampu didik. Mereka mempunyai kemampuan setaraf dengan anak normal usia 8 - 12 tahun. Mereka biasanya dapat membaca, menulis, berhitung sederhana maupun melakukan pekerjaan - pekerjaan yang lain.
      Adapun anak-anak yang masuk SLB.C1 adalah anak yang mempunyai intelegensi 25 - 49. Anak-anak ini dalam dunia pendidikan disebut anak mampu latih. Mereka mempunyai kemampuan setaraf dengan anak normal usia 3 - 8 tahun. Untuk melakukan sesuatu aktifitas anak ini perlu mendapatkan latihan secara rutin dan berkesinambungan. Anak-anak mampu latih yang dapat membaca, menulis dan berhitung hanya sebagian kecil. Mereka sangat terbatas kemampuan intelektualnya. Dari keadaan anak-anak yang sekolah di SLB.C1 mereka masih bisa dikembangkan dalam hal ketrampilan maupun kemampuan mengurus diri sendiri.
Fasilitas KBM
Ruang kelas dilengkapi kamar mandi dan WC guna memudahkan anak untuk melakukan ADL ( Activity Dailing Living ) / aktifitas kegiatan sehari – hari. Alat peraga sebagai media pembelajaran guna menunjang KBM .

Fasilitas Keterampilan
Ruang Keterampilan terdiri dari :
a.Ruang Kecantikan
b.Ruang Akupuntur
c.Ruang Boga
d.Ruang Otomotif
e.Ruang Kriya Kayu
f.Ruang ICT

C.Ruang Fasilitas Lain
a.Ruang Aula
b.Wisma
c.Toko SLB
d.Tempat bermain
e.Lapangan Olah Raga
 
IV. SLB D
       Sekolah Luar Biasa Golongan D Adalah Sekolah Luar Biasa Yang Diperuntukkan Kepada Anak-Anak Yang Menyandang Cacat Fisik (Tuna Daksa). Anak Tunadaksa (Cacat Tubuh) Termasuk Salah Satu Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Yang Memiliki Kelainan Atau Kecacatan Pada Fisiknya, Yaitu Pada Sistem Otot, Tulang Dan Persendian Akibat Dari Adanya Penyakit, Kecelakaan, Bawaan Sejak Lahir, Dan Atau Kerusakan Di Otak.
      Kelainan Atau Kecacatan Yang Disandang Oleh Seseorang Memiliki Dampak Langsung (Primer) Dan Tidak Langsung (Sekunder), Baik Terhadap Diri Anak Yang Memiliki Kecacatan Itu Sendiri Maupun Terhadap Keluarga Dan Masyarakat.
     
 Dampak Langsung Atau Primer Dari Kecacatan Tunadaksa Adalah Adanya Gangguan Mobilitas Atau Ambulasi, Gangguan Dalam Melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (Activity Of Daily Living/ADL), Gangguan Dalam Komunikasi, Gangguan Fungsi Mental, Dan Gangguan Sensoris. Sedangkan Dampak Tidak Langsung Atau Dampak Sekunder Adalah Reaksi Penyandang Kelainan Tersebut (Franklin C.Schortz,1980). Artinya Bagaimana Anak Menghadapi Masalah Yang Ditimbulkan Oleh Kecacatan Yang Disandang Dalam Kehidupannya. Semua Dampak Kecacatan Tersebut Akhirnya Akan Menimbulkan Permasalahan. Karena Itu, Masalah Tersebut Perlu Segera Memperoleh Penanganan Sesuai Dengan Kebutuhan Masing-Masing Anak.
Karakteristik Anak Tuna Daksa :
 Secara Etiologis, Gambaran Seseorang Yang Diidentifikasi Mengalami Ketunadaksaan, Yaitu Seseorang Yang Mengalami Kesulitan Mengoptimalkan Fungsi Anggota Tubuh Sebagai Akibat Dari Luka, Penyakit, Pertumbuhan Yang Salah Bentuk, Dan Akibatnya Kemapuan Untuk Melakukan Gerakan-Gerakan Tubuh Tertentu Mengalami Penurunan. Secara Definitif, Pengertian Kelainan Fungsi Anggota Tubuh (Tunadaksa) Adalah Ketidakmampuan Anggota Tubuh Untuk Melaksanakan Fungsinya Disebabkan Oleh Berkurangnya Kemampuan Anggota Tubuh Untuk Melaksanakan Fungsi Secara Normal Akibat Luka, Penyakit, Atau Pertumbuhan Yang Tidak Sempurna Sehingga Untuk Kepentingan Pembelajarannya Perlu Layanan Secara Khusus.
       Tunadaksa Di Bagi Menjadi Dua Yaitu Tunadaksa Ortopedi Dan Tunadaksa Saraf, Meski Keduanya Termasuk Dalam Tunadaksa Yang Memiliki Gejala Kesulitan Yang Sama, Namun Jika Ditelaah Lebih Lanjut Terdapat Perbedaan Yang Mendasar. Dari Segi Kognitif Misalnya, Wujud Konkretnya Dapat Dilihat Dari Angka Indeks Kecerdasan (IQ). Kondisi Ketunadaksaan Pada Anak Sebagian Besar Menimbulkan Kesulitan Belajar Dan Perkembangan Kognitif. Khususnya Anak Cerebral Palsy, Selain Mengalami Kesulitan Dalam Belajar Dan Perkembangan Fungsi Kognitifnya, Mereka Pun Seringkali Mengalami Kesulitan Dalam Komunikasi, Presepsi, Maupun Control Geraknya, Bahkan Beberapa Penelitian Sebagian Besar Diketahui Terbelakang Mental (Tunagrahita).
 Karakteristik Intelegensi Tunadaksa
      Untuk Mengetahui Tingkat Intelegensi Anak Tunadaksa Dapat Digunakan Tes Yang Telah Dimodifikasi Agar Sesuai Dengan Anak Tunadaksa. Tes Tersebut Antara Lain Hausserman Test (Untuk Anak Tunadaksa Ringan), Illinois Test (The Psycholinguistis Ability), Dan Peabody Picture Vocabulary Test. Lee Dalam Soemantri (2007:129) Mengungkapkan Hasil Penelitian Yang Menggunakan Tes Binet Untuk Mengukur Tingkat Intelegensi Anak Tunadaksa Yang Berumur Antara 3 Sampai 6 Tahun Sebagai Berikut:
  1.  IQ Tunadaksa Berkisar Antara 35-138.
  2. Rata-Rata Mereka Adalah IQ 57.
Klasifikasi Tunadaksa Yang Lain Yaitu:
  1. Anak Polio Mempunyai Rata-Rata Intelegensi Yang Tinggi Yaitu IQ 92.
  2. Anak Yang TBC Tulang Rata-Rata IQ 88
  3. Anak Yang Cacat Konginetal Rata-Rata IQ 61
  4. Anak Yang Sapstik Rata-Rata IQ 69
  5. Anak Cacat Pada Pusat Syaraf Rata-Rata IQ 74
Pada Anak Cerebal Palsy, Kelainan Yang Mereka Derita Secara Langsung Menimbulkan Kesulitan Belajar Dan Perkembangan Intelegensi. Mereka Lebih Banyak Mengalami Kesulitan Daripada Anak Tunadaksa Pada Umumnya. Mereka Banyak Mengalami Kesulitan Baik Dalam Komunikasi, Persepsi, Maupun Kontrol Gerak. Hasil Pengukuran Intelegensi Anak Cerebral Palsy Tidak Menunjukkan Kurva Normal, Semakin Tinggi IQ Semakin Sedikit Jumlahnya.
Karakteristik SLB untuk anak tunadaksa
        Tujuan Pendidikan Anak Tunadaksa Bersifat Ganda (Dual Purpose), Yaitu Yang Berhubungan Dengan Aspek Rehabilitasi Pemulihan Dan Pengembangan Fungsi Fisik, Dan Yang Berkaitan Dengan Pendidikan Yang Mengacu Pada Tujuan Pendidikan Nasional Bertujuan Untuk Mengembangkan Potensi Peserta Didik Agar Menjadi Manusia Yang Beriman Dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Sehat, Berilmu, Cakap, Kreatif, Mandiri, Dan Menjadi Warga Negara Yang Demokratis Serta Bertanggung Jawab.
         Frances P. Connor (1995) Mengemukakan Sekurang-Kurangnya Ada 7 Aspek Yang Perlu Dikembangkan Pada Diri Masing-Masing Anak Tunadaksa Melalui Pendidikan, Yaitu: (1) Pengembangan Intelektual Dan Akademik, (2) Membantu Perkembangan Fisik, (3) Meningkatkan Perkembangan Emosi Dan Penerimaan Diri Anak, (4) Mematangkan Aspek Sosial, (5) Mematangkan Moral Dan Spiritual, (6) Meningkatkan Ekspresi Diri, Dan (7) Mempersiapkan Masa Depan Anak.
         Pendidikan Yang Ideal Bagi Penyandang Tuna Daksa Adalah Kemampuan Masing-Masi ng Diri Individu Lebih Dijadikan Titik Tolak Dalam Memberikan Pendidikan Pada Mereka. Model Layanannya Dapat Berbentuk Individual Dan Klasikal Pada Individu Yang Cenderung Memiliki Kemampuan Yang Hampir Sama, Bahan Pelajaran Yang Diberikan Pada Siswa Sesuai Dengan Kemampuan Masing-Masing Anak. Layanan Pendidikan Untuk Anak Tunadaksa Dapat Dilakukan Dengan Pendekatan Guru Kelas, Guru Mata Pelajaran/Bidang Studi, Campuran Dan Pengajaran Tim.
 
Pembelajaran Di Sekolah Idealnya Sebagai Berikut:
1.  Perencanaan Kegiatan Belajar Mengajar: Program Pendidikan Yang DiindividualisasikaN2.  Prinsip Pembelajaran: Prinsip Multisensori Dan Prinsip Individualisasi
3. Penataan Lingkungan Belajar
Bangunan Gedung Memprioritaskan Tiga Kemudahan: Mudah Keluar Masuk, Mudah Bergerak Dalam Ruangan, Dan Mudah Mengadakan Penyesuaian.
4. Personil:
Guru PLB, Guru Regular, Dokter Ahli Anak, Dokter Ahli Rehab Medis, Dokter Ahli Ortopedi, Dokter Ahli Syaraf, Psikolog, Guru BP, Social Worker, Fisioterapist, Occupational Therapist, Speechterapist, Orthotic Dan Prosthetic.
5. Bimbingan Belajar
Anak Tunadaksa Memerlukan Bimbingan Belajar Membaca, Menulis, Dan Berhitung. Ketiga Kemampuan Dasar Ini Perlu Memperoleh Layanan Sedini Mungkin Sesuai Dengan Kebutuhan Masing-Masing Anak, Manakala Telah Memasuki Program Sekolah Dasar.
6. Pembinaan Karier Dan Pekerjaan
Untuk Mempersiapkan Masa Depan Anak, Di Sekolah Perlu Adanya Pembinaan Karier. Pembinaan Karier Dan Pekerjaan Dimulai Dari Kegiatan Asesmen Karir Dan Pekerjaan Agar Dapat Menyusun Program Pembinaan Karir Dan Vokasional Yang Sesuai Dengan Kondisi Kemampuan Dan Kecacatan Anak Tunadaksa.
 
V. SLB E
       SLB E adalah sekolah luar biasa yang dikhususkan bagi anak tuna laras.
Anak tunalaras adalah anak yang mengalami hambatan dan gangguan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan masyarakat, bertingkah laku menyimpang dari norma-norma dan adat yang berlaku di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Biasanya anak tuna laras sulit mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
 
Adapun ciri-ciri anak tuna laras adalah sebagai berikut :
  1. Gangguan emosi dan gangguan sosial, tidak mau bergaul dan menyendiri, kurang pencaya diri, tidak mempunyai insiatif dan tertanggung jawab, agresif terhadap diri sendiri, curiga, acuh tak acuh, banyak mengkhayal, memperlihatkan perbuatan gugup,misalnyal: mengigit kuku,komat kamit,dan sebagainya.
  2. Rasa rendah diri yang berlebihan (Terlalu mempersoalkan diri sendiri,sering minta maaf,takut tampil di muka umum,dan takut bicara, mengeluh dgn nada nasib malang dan segan melakukan hal-hal baru atau yg dapat mengungkap kekurangan, selalu ingin sempuna,tdk puas dgn apa yg diperbuat
  3. Merendahkan harga diri harga diri, murung,cepat merasa tersinggung, merasa tdk enak badan, sakit buatan
        Tugas utama guru untuk anak tuna laras adalah belajar dan mengelola kelas. Mengajar berkaitan dengan pencapaian tujuan belajar, sedangkan pengelolaan kelas berkaitan dengan penciptaan dan pemertahanan suasana kelas agar pengajaran dapat berjalan efektif dan efisien.
       Saat ini pelayanan pendidikan anak tuna laras dilakukan oleh departemen pendidikan nasional, departemen kehakiman, departemen sosial, dan lembaga sosial atau yayasan. Bentuk satuan pendidikan luar biasa tuna laras terdiri dari SDLB, SLTPLB, SMLB

Bentuk Layanan Pendidikan bagi Anak Tunalaras adalah sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhkan di sekolah regular kelas khusus bila anak tunalaras perlu belajar terpisah dari teman sekelas.
2. SLB-E (bagaian tunalaras)tanpa asmara.
3. SLB-E dengan asmara,bagi anak yg tingkat kenakalan berat.
4. Terapi perilaku sosial.
5. Terapi kelompok (peer teaching).
Program pembinaan sekolah anak Tunalaras :
1. Sistem pengajaran
a. Sistem pengajaran yang bersifat penyuluhan (remedial teaching). Tujuan pengajaran ini adalah membantu murid dalam kesulitan belajar.b.  Sistem pengajaran Klasikal
2.  program Bimbingan penyuluhan
a.program bimbingan penyuluhan suasana hidupberagama di asramab.program keterampilanc. program belajar di sekolah regulard. program bimbingan keseniane. program kembali ke orang tuaf. program kembali ke masyarakatg. program bimbingan kepramukaan
 
 
 


Tidak ada komentar: