I. SLB A
Karakteristik
tunanetra
Anak Tunanetrea memiliki karakteristik yang berbeda dalam pada segi fisik yaitu
organ penglihatannya. Gejalanya antara lain:
- Mata juling
- Sering berkedip
- Menyipitkan
mata
- Kelopak mata
merah
- Mata infeksi
- Gerakan mata
tak beraturan dan cepat
- Mata selalu
berair
Karakteristik SLB-A
Berikut adalah
fasilitas yang umumnya tersedia di dalam SLB A guna menunjang proses belajar
mengajar, yaitu:1. Ruang
Belajar/ Ruang Kelas.
Sebagai tempat belajar siswa, ruang kelas, mempunyai fasilitas –
fasilitas yang tentunya akan menunjang PBM dikelas.
2. Ruang Perpustakaan dan Ruang UKS.
Ruang Perpustakaan dilengkapi dengan almari perpustakaan dan buku – buku
perpustakaan yang ditulis dengan menggunakan huruf yang mengkhusus
yang disebut dengan Braille, rak buku dan ruang baca menjadi satu
ruangan sehingga nampak rapi dan menarik. Ruang UKS dilengkapi dengan
almari obat dan tempat tidur.
3. Ruang Guru.
Ruang Guru dilengkapi dengan almari meja dan kursi guru, dsb.
4. Ruang Kepala Sekolah.
Ruang Kepala Sekolah dilengkapi dengan Ruang Tamu, yang dilengkapi dengan
almari file, meja, kursi, dan komputer.
5.Ruang Braille / Percetakan Braille.
Ruang Braille adalah tempat untuk mengubah buku-buku yang masih menggunakan
huruf biasa menjadi huruf Braille, dimana dalam ruangan ini disediakan
beberapa komputer Braillo dan printer Braille.
6.Ruang Komputer.
Ruang komputer disini biasanya khusus digunakan oleh guru-guru yang akan
membuat soal pada saat test Semester, ataupun digunakan oleh guru-guru untuk
membuat ringkasan materi pelajaran, yang kemudian dapat di edit diruangan
Braillo untuk diubah tulisannya.
7.Ruang Ketrampilan.
Ruang ketrampilan dipergunakan oleh siswa untuk belajar dan membuat berbagai
jenis-jenis ketrampilan yang dibimbing oleh guru-guru dan juga dipergunakan
sebagai tempat penyimpanan hasil-hasil keterampilan yang telah dihasilkan
oleh siswa-siswa.
8. Ruang Khusus.
Ruang ataupun kelas khusus adalah untuk menampung siswa yang pindah dari
sekolah awas atau sekolah anak normal namun karena mengalami penurunan
ketajaman indera penglihatan atau bahkan kehilangan penglihatan kemudian
masuk di SLB A. Di kelas ini siswa belajar baca tulis huruf Braille. Setelah
mereka mampu dan siap untuk ditempatkan di kelas yang sesui dengan kelas yang
ditinggalkan maka siswa tersebut ditempatkan pada kelas tersebut.
9.Ruang Kesenian.
Ruang Kesenian biasanya dipergunakan oleh siswa untuk belajar memainkan alat
musik tradisional dan alat musik modern yang dipergunakan oleh siswa untuk
berlatih.
10. Ruang Kepegawaian.
Dipergunakan oleh pegawai untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan administrasi dan tata usaha sekolah.
11. Ruang Massage.
Ruang Massage dipergunakan oleh siswa untuk melatih kemampuan teknik memijat,
yang mungkin pada masa yang akan datang dapat dipergunakan untuk mencari
nafkah hidup (ini merupakan pelajaran yang bersifat Skill life).
12. Aula.
Aula biasanya dipergunakan untuk melakuakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
formal ataupun informal, seperti pertemuan-pertemuan dinas, kegiatan acara
amal, dan pembukaan pelatihan-pelatihan.
13. Asrama Putra.
Asrama putra merupakan tempat bagi anak-anak beristirahat setelah jam
pelajaran selesai,sekaligus tempat tidur dan melakukan kegiatan diluar
kegiatan kependidikan.
14. Asrama Putri.
Asrama putri merupakan tempat bagi anak-anak beristirahat setelah jam
pelajaran selesai,sekaligus tempat tidur dan melakukan kegiatan diluar
kegiatan kependidikan
Pada umumnya di
SLB A terdapat ekstra kurikuler seperti:
Kesenian Nasional, Falun Dafa, Olahraga, Kidung, dan Keterampilan, dll.
Didalam memilih
kegiatan ekstra kurikuler, para siswa dibebaskan untuk memilihnya, asalkan siswa
tersebut mampu mengatur waktu, sehingga kegiatan intra maupun ekstra
kurikuler menjadi seimbang.
Pembina dari masing-masing ekstra kurikuler adalah orang-orang yang memang
mempunyai kemampuan dibidangnya, serta telah ditunjuk oleh Kepala sekolah.
|
|
|
II. SLB B
Karakteristik
Tunarungu
Tunarungu Adalah Individu Yang Memiliki Hambatan Dalam Pendengaran Baik
Permanen Maupun Tidak Permanen. Klasifikasi Tunarungu Berdasarkan Tingkat
Gangguan Pendengaran Adalah
1.
Gangguan Pendengaran Sangat Ringan (27-40db),
2. Gangguan Pendengaran Ringan (41-55db),
3. Gangguan Pendengaran Sedang (56-70db),
4.
Gangguan Pendengaran Berat (71-90db),
5. Gangguan Pendengaran Ekstrem/Tuli (Di Atas 91db).
Karena Memiliki
Hambatan Dalam Pendengaran Individu Tunarungu Memiliki Hambatan Dalam Berbicara
Sehingga Mereka Biasa Disebut Tunawicara. Cara Berkomunikasi Dengan Individu
Menggunakan Bahasa Isyarat, Untuk Abjad Jari Telah Dipatenkan Secara
Internasional Sedangkan Untuk Isyarat Bahasa Berbeda-Beda Di Setiap Negara.
Saat Ini Dibeberapa Sekolah Sedang Dikembangkan Komunikasi Total Yaitu Cara
Berkomunikasi Dengan Melibatkan Bahasa Verbal, Bahasa Isyarat Dan Bahasa Tubuh.
Individu Tunarungu Cenderung Kesulitan Dalam Memahami Konsep Dari Sesuatu Yang
Abstrak.
Karakteristik SLB
Untuk Tuna Rungu (SLB B)
Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008
Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa (SMALB), Sekolah Yang Diperuntukkan Kepada Anak Tunga Rungu
(SLB-B) Harus Memiliki Ruang Bina Wicara Dan Persepsi Bunyi Dan Irama (BKPBI).
Ruang Bina Wicara Berfungsi Sebagai
Tempat Latihan Wicara Perseorangan. Sekolah Yang Melayani Peserta Didik
SDLB Dan/Atau SMPLB Tunarungu Memiliki Minimum Satu Buah Ruang Bina Wicara
Dengan Luas Minimum 4 M2. Ruang Bina Wicara Dilengkapi Dengan
Sarana Seperti Kursi Meja Peserta Didik, Kursi Guru, Meja Guru. Peralatan
Pendidikan Yang Sebaiknya Dipenuhi Adalah
- Speech Trainer Berfungsi
Sebagai Alat Amplifikasi Bunyi Untuk Umpan Balik Pendengaran. Dilengkapi
Dengan Lampu Indikator Dan Vibrator, Headphone Anak (Suara Dan
Vibrator), Serta Mikrofon Guru Dan Peserta Didik
- Tape Recorder
Atau Alat Perekam Lain Yang Setara Untuk Merekam Hasil Latihan Bicara Peserta
Didik.
- Cermin.Ukuran Minimum
Dapat Digunakan 2 Orang Bersebelahan, Dipasang Di Dinding Sebagai Umpan
Balik Visual Dan Membaca Ujaran.
- Nasalisator : Alat Bantu
Pembentuk Fonem-Fonem Nasal/ Sengau
- Sikat Getar : Alat Bantu
Pembentukan Fonem-Fonem Getar.
- Alat Latihan
Pernafasan : Dapat Berupa Bola Pingpong Dengan Media Pipa PVC
Dibelah, Kapas, Bulu-Bulu, Lilin, Kertas Tipis, Pembuluh, Parfum/Aroma.
- Alat Latihan
Organ Bicara : Terdiri Dari Berbagai Makanan Lunak, Cair Dan Keras
Sebagai Perangsang Lidah, Seperti Madu, Permen, Sirup. Spatel Digunakan
Untuk Memperbaiki Posisi Lidah Saat Pengucapan Fonem Tertentu. Dapat
Diganti Dengan Sendok Es Krim Untuk Penggunaan Sekali Pakai
- Gambar Organ
Artikulasi Digunakan Untuk Membantu Menyadari Posisi Organ
Artikulasi Sesuai Dengan Fonem Yang Akan Dibentuk.
- Bagan Konsonan
Dan Vokal Digunakan Untuk Membantu Menyadarkan Dan Membentuk Fonem
Sesuai Dengan Posisi Alat Ucap.
- Kartu Identifikasi : Kartu Kata
Berjumlah Minimal 15 Kartu Per Fonem Untuk Mengidentifikasi Fonem Sesuai
Dengan Posisi Awal, Tengah Dan/Atau Akhir.
- Buku Program
Latihan 1 Buah/Peserta
Didik Merekam Perkembangan Latihan Peserta Didik.
Ruang
Bina Persepsi Bunyi Dan Irama Berfungsi Sebagai Tempat Mengembangkan Kemampuan
Memanfaatkan Sisa Pendengaran Dan/Atau Perasaan Vibrasi Untuk Menghayati Bunyi
Dan Rangsang Getar Di Sekitarnya, Serta Mengembangkan Kemampuan Berbahasa
Khususnya Bahasa Irama. Sekolah Yang Melayani Peserta Didik SDLB Dan/Atau SMPLB
Tunarungu Memiliki Minimum Satu Buah Ruang Bina Persepsi Bunyi Dan Irama Yang
Dapat Menampung Satu Rombongan Belajar Dengan Luas Minimum 30 m2
III. SLB C
Karakteristik
tunagrahita
Dalam kehidupan sehari-hari, kita membedakan kecerdasan anak, menjadi
sangat cerdas, cerdas biasa (normal), bodoh dan bodoh sekali. Para
ahli dibidang Psychology membedakan kecerdasan, menjadi : anak genius, sangat
cerdas, biasa, terbelakang mental. Anak trebelakang mental, masih dapat dibedakan
lagi menjadi :
1. Anak terbelakang mental ringan atau biasa
disebut juga debil.
2. Anak terbelakang mental sedang atau biasa diebut juga imbisil.
3. Anak terbelakang mental berat atau biasa disebut juga idiot.
4. Anak yang tergolong normal, cerdas atau sangat cerdas, tempat
pendidikannya di Sekolah Umum, sedangkan anak terbelakang mental, tempat
pendidikannya di SLB/C
Karakteristik SLB
untuk anak tunagrahita
Anak tunagrahita yang masuk SLB.C adalah anak
yang mempunyai intelegensi 50 - 70. Anak-anak ini dalam dunia pendidikan sering
disebut anak mampu didik. Mereka mempunyai kemampuan setaraf dengan anak normal
usia 8 - 12 tahun. Mereka biasanya dapat membaca, menulis, berhitung sederhana
maupun melakukan pekerjaan - pekerjaan yang lain.
Adapun anak-anak yang masuk SLB.C1 adalah anak
yang mempunyai intelegensi 25 - 49. Anak-anak ini dalam dunia pendidikan
disebut anak mampu latih. Mereka mempunyai kemampuan setaraf dengan anak normal
usia 3 - 8 tahun. Untuk melakukan sesuatu aktifitas anak ini perlu mendapatkan
latihan secara rutin dan berkesinambungan. Anak-anak mampu latih yang dapat
membaca, menulis dan berhitung hanya sebagian kecil. Mereka sangat terbatas
kemampuan intelektualnya. Dari keadaan anak-anak yang sekolah di SLB.C1 mereka
masih bisa dikembangkan dalam hal ketrampilan maupun kemampuan mengurus diri
sendiri.
Fasilitas KBM
Ruang kelas dilengkapi kamar mandi dan WC guna memudahkan anak untuk melakukan
ADL ( Activity Dailing Living ) / aktifitas kegiatan sehari – hari. Alat peraga
sebagai media pembelajaran guna menunjang KBM .
Fasilitas Keterampilan
Ruang Keterampilan terdiri dari :
a.Ruang Kecantikan
b.Ruang Akupuntur
c.Ruang Boga
d.Ruang Otomotif
e.Ruang Kriya Kayu
f.Ruang ICT
C.Ruang Fasilitas Lain
a.Ruang Aula
b.Wisma
c.Toko SLB
d.Tempat bermain
e.Lapangan Olah Raga
IV. SLB D
Sekolah Luar Biasa Golongan D
Adalah Sekolah Luar Biasa Yang Diperuntukkan Kepada Anak-Anak Yang Menyandang
Cacat Fisik (Tuna Daksa). Anak Tunadaksa (Cacat Tubuh) Termasuk Salah Satu
Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Yang Memiliki Kelainan Atau Kecacatan Pada
Fisiknya, Yaitu Pada Sistem Otot, Tulang Dan Persendian Akibat Dari Adanya
Penyakit, Kecelakaan, Bawaan Sejak Lahir, Dan Atau Kerusakan Di Otak.
Kelainan Atau Kecacatan Yang
Disandang Oleh Seseorang Memiliki Dampak Langsung (Primer) Dan Tidak Langsung
(Sekunder), Baik Terhadap Diri Anak Yang Memiliki Kecacatan Itu Sendiri Maupun
Terhadap Keluarga Dan Masyarakat.
Dampak Langsung Atau Primer Dari Kecacatan Tunadaksa Adalah
Adanya Gangguan Mobilitas Atau Ambulasi, Gangguan Dalam Melakukan Aktivitas
Kehidupan Sehari-Hari (Activity Of Daily Living/ADL), Gangguan Dalam
Komunikasi, Gangguan Fungsi Mental, Dan Gangguan Sensoris. Sedangkan Dampak
Tidak Langsung Atau Dampak Sekunder Adalah Reaksi Penyandang Kelainan Tersebut
(Franklin C.Schortz,1980). Artinya Bagaimana Anak Menghadapi Masalah Yang
Ditimbulkan Oleh Kecacatan Yang Disandang Dalam Kehidupannya. Semua Dampak
Kecacatan Tersebut Akhirnya Akan Menimbulkan Permasalahan. Karena Itu, Masalah
Tersebut Perlu Segera Memperoleh Penanganan Sesuai Dengan Kebutuhan
Masing-Masing Anak.
Karakteristik Anak Tuna Daksa :
Secara Etiologis, Gambaran Seseorang
Yang Diidentifikasi Mengalami Ketunadaksaan, Yaitu Seseorang Yang Mengalami
Kesulitan Mengoptimalkan Fungsi Anggota Tubuh Sebagai Akibat Dari Luka,
Penyakit, Pertumbuhan Yang Salah Bentuk, Dan Akibatnya Kemapuan Untuk Melakukan
Gerakan-Gerakan Tubuh Tertentu Mengalami Penurunan. Secara Definitif,
Pengertian Kelainan Fungsi Anggota Tubuh (Tunadaksa) Adalah Ketidakmampuan
Anggota Tubuh Untuk Melaksanakan Fungsinya Disebabkan Oleh Berkurangnya
Kemampuan Anggota Tubuh Untuk Melaksanakan Fungsi Secara Normal Akibat Luka,
Penyakit, Atau Pertumbuhan Yang Tidak Sempurna Sehingga Untuk Kepentingan
Pembelajarannya Perlu Layanan Secara Khusus.
Tunadaksa Di
Bagi Menjadi Dua Yaitu Tunadaksa Ortopedi Dan Tunadaksa Saraf, Meski Keduanya
Termasuk Dalam Tunadaksa Yang Memiliki Gejala Kesulitan Yang Sama, Namun Jika
Ditelaah Lebih Lanjut Terdapat Perbedaan Yang Mendasar. Dari Segi Kognitif
Misalnya, Wujud Konkretnya Dapat Dilihat Dari Angka Indeks Kecerdasan (IQ).
Kondisi Ketunadaksaan Pada Anak Sebagian Besar Menimbulkan Kesulitan Belajar
Dan Perkembangan Kognitif. Khususnya Anak Cerebral Palsy, Selain Mengalami
Kesulitan Dalam Belajar Dan Perkembangan Fungsi Kognitifnya, Mereka Pun
Seringkali Mengalami Kesulitan Dalam Komunikasi, Presepsi, Maupun Control
Geraknya, Bahkan Beberapa Penelitian Sebagian Besar Diketahui Terbelakang
Mental (Tunagrahita).
Karakteristik Intelegensi Tunadaksa
Untuk Mengetahui Tingkat
Intelegensi Anak Tunadaksa Dapat Digunakan Tes Yang Telah Dimodifikasi Agar
Sesuai Dengan Anak Tunadaksa. Tes Tersebut Antara Lain Hausserman Test (Untuk
Anak Tunadaksa Ringan), Illinois Test (The Psycholinguistis Ability), Dan
Peabody Picture Vocabulary Test. Lee Dalam Soemantri (2007:129) Mengungkapkan
Hasil Penelitian Yang Menggunakan Tes Binet Untuk Mengukur Tingkat Intelegensi
Anak Tunadaksa Yang Berumur Antara 3 Sampai 6 Tahun Sebagai Berikut:
- IQ
Tunadaksa Berkisar Antara 35-138.
- Rata-Rata
Mereka Adalah IQ 57.
Klasifikasi
Tunadaksa Yang Lain Yaitu:
- Anak Polio
Mempunyai Rata-Rata Intelegensi Yang Tinggi Yaitu IQ 92.
- Anak Yang TBC
Tulang Rata-Rata IQ 88
- Anak Yang Cacat
Konginetal Rata-Rata IQ 61
- Anak Yang
Sapstik Rata-Rata IQ 69
- Anak Cacat Pada
Pusat Syaraf Rata-Rata IQ 74
Pada Anak Cerebal Palsy, Kelainan Yang
Mereka Derita Secara Langsung Menimbulkan Kesulitan Belajar Dan Perkembangan
Intelegensi. Mereka Lebih Banyak Mengalami Kesulitan Daripada Anak Tunadaksa
Pada Umumnya. Mereka Banyak Mengalami Kesulitan Baik Dalam Komunikasi,
Persepsi, Maupun Kontrol Gerak. Hasil Pengukuran Intelegensi Anak Cerebral
Palsy Tidak Menunjukkan Kurva Normal, Semakin Tinggi IQ Semakin Sedikit
Jumlahnya.
Karakteristik SLB untuk anak tunadaksa
Tujuan Pendidikan Anak Tunadaksa
Bersifat Ganda (Dual Purpose), Yaitu Yang Berhubungan Dengan Aspek Rehabilitasi
Pemulihan Dan Pengembangan Fungsi Fisik, Dan Yang Berkaitan Dengan Pendidikan
Yang Mengacu Pada Tujuan Pendidikan Nasional Bertujuan Untuk Mengembangkan
Potensi Peserta Didik Agar Menjadi Manusia Yang Beriman Dan Bertakwa Kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Sehat, Berilmu, Cakap, Kreatif, Mandiri,
Dan Menjadi Warga Negara Yang Demokratis Serta Bertanggung Jawab.
Frances P. Connor (1995)
Mengemukakan Sekurang-Kurangnya Ada 7 Aspek Yang Perlu Dikembangkan Pada Diri
Masing-Masing Anak Tunadaksa Melalui Pendidikan, Yaitu: (1) Pengembangan
Intelektual Dan Akademik, (2) Membantu Perkembangan Fisik, (3) Meningkatkan
Perkembangan Emosi Dan Penerimaan Diri Anak, (4) Mematangkan Aspek Sosial, (5)
Mematangkan Moral Dan Spiritual, (6) Meningkatkan Ekspresi Diri, Dan (7)
Mempersiapkan Masa Depan Anak.
Pendidikan
Yang Ideal Bagi Penyandang Tuna Daksa Adalah Kemampuan Masing-Masi ng Diri Individu
Lebih Dijadikan Titik Tolak Dalam Memberikan Pendidikan Pada Mereka. Model
Layanannya Dapat Berbentuk Individual Dan Klasikal Pada Individu Yang Cenderung
Memiliki Kemampuan Yang Hampir Sama, Bahan Pelajaran Yang Diberikan Pada Siswa
Sesuai Dengan Kemampuan Masing-Masing Anak. Layanan Pendidikan Untuk Anak
Tunadaksa Dapat Dilakukan Dengan Pendekatan Guru Kelas, Guru Mata
Pelajaran/Bidang Studi, Campuran Dan Pengajaran Tim.
Pembelajaran Di Sekolah Idealnya Sebagai Berikut:
1. Perencanaan Kegiatan Belajar Mengajar: Program
Pendidikan Yang DiindividualisasikaN2. Prinsip Pembelajaran: Prinsip
Multisensori Dan Prinsip Individualisasi
3. Penataan Lingkungan Belajar
Bangunan Gedung Memprioritaskan Tiga Kemudahan: Mudah Keluar
Masuk, Mudah Bergerak Dalam Ruangan, Dan Mudah Mengadakan Penyesuaian.
4. Personil:
Guru PLB, Guru Regular, Dokter Ahli Anak, Dokter Ahli Rehab
Medis, Dokter Ahli Ortopedi, Dokter Ahli Syaraf, Psikolog, Guru BP, Social
Worker, Fisioterapist, Occupational Therapist, Speechterapist, Orthotic Dan
Prosthetic.
5. Bimbingan Belajar
Anak Tunadaksa Memerlukan Bimbingan Belajar Membaca, Menulis,
Dan Berhitung. Ketiga Kemampuan Dasar Ini Perlu Memperoleh Layanan Sedini
Mungkin Sesuai Dengan Kebutuhan Masing-Masing Anak, Manakala Telah Memasuki
Program Sekolah Dasar.
6. Pembinaan Karier Dan Pekerjaan
Untuk Mempersiapkan Masa Depan Anak, Di Sekolah Perlu Adanya
Pembinaan Karier. Pembinaan Karier Dan Pekerjaan Dimulai Dari Kegiatan Asesmen
Karir Dan Pekerjaan Agar Dapat Menyusun Program Pembinaan Karir Dan Vokasional
Yang Sesuai Dengan Kondisi Kemampuan Dan Kecacatan Anak Tunadaksa.
V. SLB E
SLB E adalah sekolah luar
biasa yang dikhususkan bagi anak tuna laras.
Anak tunalaras adalah anak yang mengalami hambatan dan gangguan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan masyarakat, bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma dan adat yang berlaku di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Biasanya anak tuna laras sulit mengendalikan emosi dan
kontrol sosial.
Adapun ciri-ciri anak tuna laras adalah sebagai berikut :
- Gangguan emosi dan gangguan sosial, tidak mau bergaul dan
menyendiri, kurang pencaya diri, tidak mempunyai insiatif dan tertanggung jawab,
agresif terhadap diri sendiri, curiga, acuh tak acuh, banyak mengkhayal,
memperlihatkan perbuatan gugup,misalnyal: mengigit kuku,komat kamit,dan
sebagainya.
- Rasa rendah diri yang berlebihan (Terlalu mempersoalkan
diri sendiri,sering minta maaf,takut tampil di muka umum,dan takut bicara,
mengeluh dgn nada nasib malang dan segan melakukan hal-hal baru atau yg
dapat mengungkap kekurangan, selalu ingin sempuna,tdk puas dgn apa yg
diperbuat
- Merendahkan harga diri harga diri, murung,cepat merasa
tersinggung, merasa tdk enak badan, sakit buatan
Tugas utama guru
untuk anak tuna laras adalah belajar dan mengelola kelas. Mengajar berkaitan
dengan pencapaian tujuan belajar, sedangkan pengelolaan kelas berkaitan dengan
penciptaan dan pemertahanan suasana kelas agar pengajaran dapat berjalan
efektif dan efisien.
Saat ini pelayanan
pendidikan anak tuna laras dilakukan oleh departemen pendidikan nasional,
departemen kehakiman, departemen sosial, dan lembaga sosial atau yayasan.
Bentuk satuan pendidikan luar biasa tuna laras terdiri dari SDLB, SLTPLB, SMLB
Bentuk Layanan Pendidikan bagi Anak Tunalaras adalah sebagai
berikut :
1. Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhkan di sekolah
regular kelas khusus bila anak tunalaras perlu belajar terpisah dari teman
sekelas.
2. SLB-E (bagaian tunalaras)tanpa asmara.
3. SLB-E dengan asmara,bagi anak yg tingkat kenakalan
berat.
4. Terapi perilaku sosial.
5. Terapi kelompok (peer teaching).
Program pembinaan sekolah anak Tunalaras :
1. Sistem pengajaran
a. Sistem pengajaran yang bersifat penyuluhan (remedial
teaching). Tujuan pengajaran ini adalah membantu murid dalam kesulitan belajar.b. Sistem pengajaran Klasikal
2. program Bimbingan penyuluhan
a.program bimbingan penyuluhan suasana hidupberagama di asramab.program keterampilanc. program belajar di sekolah regulard. program bimbingan keseniane. program kembali ke orang tuaf. program kembali ke masyarakatg. program bimbingan kepramukaan